Selasa, 27 Januari 2009
KEGELISAHAN DI TENGAH HIRUP PIKUK AMANAH DAKWAH YANG DIEMBAN DAN KEGALAUAN PADA PARA IKHWAH DITENGAH ADA YANG MENGAMBIL PERAN DAN MERASA BODO AMAT....
Sunyi…
Itulah yang sedang kurasakan. Bergelut dengan aktifitas dakwah yang menyita banyak perhatian, baik tenaga, harta, waktu dan sebagainya, seakan menempa diriku untuk terus belajar menjadi mujahid tangguh. Tapi kini, hatiku sedang dirundung kegalauan. Galau akan saudara-saudaraku dalam barisan dakwah yang katanya amanah, komitmen, bersungguh-sungguh namun seakan semua itu hanyalah teori-teori dalam pertemuan mingguan. Hanya dibahas, ditanya-jawabkan untuk kemudian disimpan dalam catatan kecil atau buku agenda yang sudah lusuh hingga pekan depan mempertemukan mereka lagi, tanpa ada amal perbaikan yang lebih baik.
Ya…
mungkin itu yang ada dibenakku saat ini tentang su'udzhan-ku terhadap mereka, setelah seribu satu alasan untuk berhusnudzhan. Kini kutermenung kembali akan hakikat dakwah ini. Sebenarnya apa yang kita cari dari dakwah? Dimanakah yang dinamakan konsep amal jama'i yang sering diceritakan indah? Apakah itu hanya pemanis cerita tentang dakwah belaka? Apakah ini yang disebut ukhuwah? Sering terlontarkannya kata-kata "afwan akh, ana gak bisa bantu banyak…" atau sms yang berbunyi "afwan/Af1 akh, ana gak bisa datang untuk syuro malam ini…" atau kata-kata berawalan "afwan/Af1 akh…" lainnya dengan seribu satu alasan yang membuat seorang akh tidak bisa hadir untuk sekedar merencanakan strategi-strategi dakwah kedepannya. Kalau memang seperti itu hakikat dakwah maka cukup sudah.
"Izinkan aku untuk cuti dari dakwah ini",
mungkin untuk seminggu, sebulan, setahun atau bahkan selamanya. Lebih baik aku konsenstrasi dengan studiku yang kini sedang berantakan, atau dengan impian-impianku yang belum terpenuhi, atau… dengan lebih memperhatikan ibuku yang sudah semakin tua, toh tanpa aku pun dakwah tetap berjalan, bukan???
Sahabat-sahabatku… .
Memang dalam dunia dakwah yang sedang kita geluti seperti sekarang ini, tidak jarang kita mengalami konflik atau permasalahan- permasalahan. Dari sekian permasalahan tersebut terkadang ada konflik-konflik yang timbul di kalangan internal aktivis dakwah sendiri. Pernah suatu ketika dalam aktivitas sebuah barisan dakwah, ada seorang ikhwan yang mengutarakan sakit hatinya terhadap saudaranya yang tidak amanah dengan tugas dan tanggungjawab dakwahnya. Di lain waktu di sebuah lembaga dakwah kampus, seorang akhwat "minta cuti" lantaran sakit hatinya terhadap akhwat lain yang sering kali dengan seenaknya berlagak layaknya seorang bos dalam berdakwah. Pernah pula suatu waktu seorang kawan bercerita tentang seorang ikhwan yang terdzalimi oleh saudara-saudaranya sesama aktifis dakwah. Sebuah kisah nyata yang tak pantas untuk terulang namun penuh hikmah untuk diceritakan agar menjadi pelajaran bagi kita.
Ceritanya....
di akhir masa kuliahnya sebut saja si X (ikhwan yang terdzalimi) hanya mampu menyelesaikan studinya dalam waktu yang terlalu lama, enam tahun. Sedangkan di lain sisi, teman-temannya sesama (yang katanya) aktifis dakwah lulus dalam waktu empat tahun. Singkat cerita, ketika si X ditanya mengapa ia hanya mampu lulus dalam waktu enam tahun sedangkan teman-temannya lulus dalam waktu empat tahun? Apa yang ia jawab? Ia menjawab "Aku lulus dalam waktu enam tahun karena aku harus bolos kuliah untuk mengerjakan tugas-tugas dakwah yang seharusnya dikerjakan oleh saudara-saudaraku yang lulus dalam waktu empat tahun."
Subhanallah…
di satu sisi kita merasa bangga dengan si X, dengan militansinya yang tinggi beliau rela untuk bolos dan mengulang mata kuliah demi terlaksananya roda dakwah agar terus berputar dengan mengakumulasikan tugas-tugas dakwah yang seharusnya dikerjakan teman-temannya. Namun di sisi lain kita pun merasa sedih… sedih dengan kader-kader dakwah (saudara-saudaranya Si X) yang dengan berbagai macam alasan duniawi rela meninggalkan tugas-tugas dakwah yang seharusnya mereka kerjakan.
Sahabat….
Semoga kisah tersebut tidak terulang kembali di masa kita dan masa setelah kita, cukuplah menjadi sebuah pelajaran berharga….Bagi saya.
Semoga kisah tersebut membuat kita sadar, bahwa setiap aktifitas yang di dalamnya terdapat interaksi antar manusia, termasuk dakwah, kita tiada akan bisa mengelakkan diri dari komunikasi hati. Ya, setiap aktifis dakwah adalah manusia-manusia yang memiliki hati yang tentu saja berbeda-beda. Ada aktifis yang hatinya kuat dengan berbagai macam tingkah laku aktifis lain yang dihadapkan kepadanya. Tapi jangan pula kita lupa bahwa tidak sedikit aktifis-aktifis yang tiada memiliki ketahanan tinggi dalam menghadapi tingkah polah aktifis dakwah lain yang kadang memang sarat dengan kekecewaan-kekecewaan yang sering kali berbuah pada timbulnya sakit hati. Dan kesemuanya itu adalah sebuah kewajaran sekaligus realita yang harus kita pahami dan kita terima. Namun apakah engkau tahu wahai sahabat-sahabatku? Tahukah engkau bahwa seringkali kita melupakan hal itu? Seringkali kita memukul rata perlakuan kita kepada sahabat-sahabat kita sesama aktifis dakwah, dengan diri kita sebagai parameternya. Begitu mudahnya kita melontarkan kata-kata "afwan", "maaf" atau kata-kata manis lainnya atas kelalaian-kelalaian yang kita lakukan, tanpa dibarengi dengan kesadaran bahwa sangat mungkin kelalaian yang kita lakukan itu ternyata menyakiti hati saudara kita. Dan bahkan sebagai pembenaran kita tambahkan alasan bahwa kita hanyalah manusia biasa yang juga dapat melakukan kekeliruan. Banyak orang bilang bahwa kata-kata "afwan", "maaf" dan sebagainya akan sangat tak ada artinya dan akan sia-sia jika kita terus-menerus mengulangi kesalahan yang sama.
Wahai sahabat-sahabatku…
memang benar bahwasanya aktifis dakwah hanyalah manusia biasa, bukan malaikat, sehingga tidak luput dari kelalaian, kesalahan dan lupa. Tapi di saat yang sama sadarkah kita bahwa kita sedang menghadapi sosok yang juga manusia biasa? Bukan superman, bukan pula malaikat yang bisa menerima perlakuan seenaknya.
Sepertinya adalah sikap yang naif ketika kesadaran bahwa aktifis dakwah hanyalah manusia biasa, hanya ditempelkan pada diri kita sendiri. Seharusnya kesadaran bahwa aktifis dakwah adalah manusia biasa itu kita tujukan juga pada saudara kita sesama aktivis dakwah, bukan cuma kepada kita sendiri. Dengan begitu kita tidak bisa dengan seenaknya berbuat sesuatu yang dapat mengecewakan, membuat sakit hati, yang bisa jadi merupakan sebuah kezhaliman kepada saudara-saudara kita.
Sahabat…adalah bijaksana bila kita selalu menempatkan diri kita pada diri orang lain dalam melakukan sesuatu, bukan sebaliknya. Sehingga semisal kita terlambat atau tidak bisa datang dalam sebuah aktivitas dakwah atau melakukan kelalaian yang lain, bukan hanya kata "afwan" yang terlontar dan pembenaran bahwa kita manusia biasa yang bisa terlambat atau lalai yang kita tujukan untuk saudara kita. Tapi sebaliknya kita harus dapat merasakan bagaimana seandainya kita yang menunggu keterlambatan itu? Atau bagaimana rasanya berjuang sendirian tanpa ada bantuan dari saudara-saudara kita? Sehingga dikemudian hari kita tidak lagi menyakiti hati bahkan menzhalimi saudara-saudara kita. Sehingga kata-kata "Akhi… ukhti… Izinkan aku cuti dari dakwah ini" tidak terlontar dari mulut saudara-saudara kita sesama aktifis dakwah. Semoga…
Selasa, 20 Januari 2009
AKSI LDM UIN SUNAN KALIJAGA UNTUK JALUR GAZA
Palestina adalah negeri para nabi dan rosul, yang menjadi tempat tinggal mereka dan menjadi medan da’wah bagi mereka untuk menyebarkan ajaran tauhid. Palestina merupakan negeri yang diberkahi oleh Allah SWT, menjadi tempat mi’rajnya rasulullah SAW dan merupakan tempat beradanya masjid al-aqsha yang menjadi kiblat pertama umat muslim.
Negeri suci itu kini menghadapi kondisi yang sangat memprihatinkan. Mulai dari penghancuran simbol-simbol islam, membunuh rakyat dan pejuang palestina secara membabi buta, membuat terowongan-terowongan di bawah masjid al-aqsha, pelarangan bagi umat muslim yang berumur di bawah 45 tahun untuk masuk ke masjid al-aqsha, dan pelanggaran-pelanggaran hak asasi manusia yang lainnya hingga blokade dan penghancuran atas jalur gaza yang terjadi akhir-akhir ini.
Blokade dan penyerangan yang terjadi saat ini setidaknya telah menzolimi sekitar 1,5 juta jiwa yang berada di jalur gaza. Kelaparan akibat tidak adanya suplai makanan yang memasuki perbatasan jalur gaza, kekeringan akibat keringgnya mata air-mata air, rumah sakit yang tidak beroperasi karena tidak adanya suplai listrik, dan masih banyak lagi kesengsaraan-kesengsaraan yang dialami oleh rakyat palestina akibat ulah zionis.
Melihat kezoliman tersebut bukan berarti tak ada hal yang bisa kita berikan atau kita lakukan. Dukungan moral, material maupun spiritual tetap mereka butuhkan. Misalnya dengan mendoakannya, memberikan pencerdasan hingga penggalangan dana. Sebab seakan menjadi pemandangan yang telah sering kita temukan,umat islam yang acuh dan tidak peduli padahal mengaku seiman.
Oleh karena itu, kami dari Lembaga Dakwah Masjid UIN Sunan Kalijaga yogyakarta mengadakan aksi penggalangan dana adalah bukti kongkrit yang kami bisa berikan dan bisa kami lakukan.
Berawal dari niat yang tulus, tekad yang bulat, dan keniscayaan pada apa yang telah, sedang, dan akan kami berikan untuk saudara-saudara kami di tanah suci. Sebuah argumentasi pembelaan akan hak-hak asasi manusia, kebebasan berakidah, dan saling membantu. Oleh karena itu, diperlukan suatu pemikiran cerdas yang dapat diberikan bagi perjuangan pembebasan Palestina. Paling tidak hanya ini hal terkecil yang dapat kami berikan untuk menyongsong kemerdekan dan penyelesaian penjajahan di Palestina.
Dengan tema solidaritas untuk rakyat palestina dari kalijaga hingga jalur gaza LDM UIN Sunan Kilijaga mengadakan serangkaian agenda yang di antaranya Konser Nasyid, Presentasi bedah kasus palestina, Pembacaan Puisi, dan Living quotient. Yang di rencanakan akan di laksanakan pada tanggal 17 januari 2009. Namun Allah berkehendak lain! Serangkaian agenda tersebut Gagal di karenakan perijinan kampus yang tidak mengizinkan.
Dengan niat yang tulus tidak mematahkan semangat kader LDM untuk membantu rakyat palestina. Akhirnya semua agenda di ganti dengan aksi turun kejalan penggalangan dana di pertigaan lampu merah UIN sunan kalijaga. Pada tanggal 17 januari 2009 dari pukul 08.00-10.00 WIB Dan terkumpul dana sebesar Rp. 3.167.700