Rabu, 26 Desember 2007

ANUGRAH TERINDEH

Rasulullah SAW bersabda,
''Empat macam dari kebahagiaan manusia, yaitu istri yang salehah, anak yang berbakti, teman-temannya adalah orang-orang yang baik, dan mata pencahariannya berada dalam negaranya sendiri.'' (HR Dailami).
Salah satu hal yang dicari oleh setiap manusia dalam kehidupan ini adalah kebahagiaan, meskipun setiap orang berbeda indikatornya. Ada sebagian orang yang menilai kebahagiaan itu ketika memiliki harta yang banyak. Ada pula yang menilai kebahagiaan dengan pangkat dan jabatan yang diraihnya. Tetapi, bagi seorang Muslim, kebahagian itu bukan diukur dengan harta atau pangkat yang dimilikinya semata.
Kebahagian sejati bagi seorang Muslim, sebagaimana hadis di atas, adalah ketika hidup dalam lingkungan yang baik dan mudah, yaitu memiliki istri yang salehah, anak-anak yang berbakti, teman-teman yang baik, dan mata pencaharian mudah. Itulah anugerah terindah yang Allah berikan kepada manusia untuk kebahagiaannya. Istri yang salehah adalah seorang istri yang tidak hanya menjadi pendamping hidup, melainkan ia seorang teman diskusi dan teman yang selalu mengajak kepada kebaikan. Ia mengingatkan ketika lalai, menjadi peneguh ketika gundah, menjadi penerang ketika kegelapan, menjadi penyejuk ketika marah, menjaga kehormatannya, dan selalu taat kepada Allah dan rasul-Nya. Allah menggambarkan wanita salehah dalam firman-Nya:
''.... Sebab itu maka wanita yang saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara.'' (QS 4: 34).
Bahkan, Rasulullah menggambarkan istri salehah sebagai perhiasan yang paling baik dan indah mengalahkan indahnya dunia ini. Anak-anak yang berbakti merupakan kekayaan yang tidak ternilai harganya. Mereka merupakan anak-anak yang saleh dan salehah, yang indah dan menyejukkan hati (qurrata a'yun). Mereka pun senantiasa berdoa: ''Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya (kedua orangtua), sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil.'' (QS 17: 24). Memiliki anak-anak yang berbakti merupakan kebahagiaan dalam sebuah keluarga. Kebahagiaannya tidak hanya dirasakan di dunia, tetapi juga di akhirat. Rasulullah mengajarkan bahwa doa anak yang saleh merupakan amalan yang tidak terputus walaupun orang tuanya sudah meninggal.
Teman yang baik adalah yang menjadi sahabat sejati, baik dalam sedih ataupun suka. Mereka tidak hanya menolong dalam kesusahan, tetapi juga menjadi pengingat ketika kita salah, menjadi pendorong semangat dalam kebaikan dan ketakwaan. Mata pencaharian merupakan sarana kita mencari nafkah. Jika mata pencaharian kita tidak jauh, maka kita tetap bisa berkumpul, menjaga, dan menyayangi keluarga.
Berkumpul dengan keluarga, menurut suatu pendapat umum, merupakan obat lelah setelah sibuk bekerja. Semoga Allah menganugerahi kita istri yang salehah, anak yang berbakti, teman yang baik, dan mata pencaharian yang dekat dan mudah. Semoga Allah terus membimbing dan menjadikan kita hamba-hamba yang bersyukur atas semua anugerah yang diberikan-Nya. Allahumma Amin. (Mulyana)

Selasa, 25 Desember 2007

DEGRADASI AKTIFIS DA'WAH


Degradasi sering di kaitkan dengan menurunnya semangat juang, pudarnya militansi, mengendornya solidaritas, merosotnya kepercayaan pada lembaga dan juga pada ke sikqohan seseorang terhadap masul yang memimpinnya.
Ini adalah fenomena yang sering melanda aktifis dakwan, yang sering nampak pada keseharian, yang tampak dalam tingkah laku dan juga kerja dalam dakwah. Walaupun tarbiyah berjalan dengan bauk namun masih saja ada permasalahan ini, penyebap utama permasalahan ini adalah melemahnya ruhiyah seorang kader, sebagai mana firman Allah swt.

Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi ternyata mereka mendustakan (ayat-ayat kami), maka kami siksa mereka sesuai dengan apa yang mereka kerjakan. (Al-A’raf: 96)

Setiap fenomena kejadian adalah rentetan dari sebuah kejadian yang sangat jelas. Lebih lanjut akan memberi warna dan pengaruh yang berbeda-beda. Namun demukian dalam melahirkan fenomena dan peroses suatu kejadian. semua penyebab itu saling terikat dan mendukung.

Kemandekan sebuah organisasi di sebabkan oleh menurunnya dan lemahnya ruhiyah. karena ruhiyah adalah penyemangat dan ruhnya jihad yang tidak akan berhenti dan tidak akan pernah padam semangat juang seseorang yang memiliki ruhiyah yang baik. Kekeringan ruhiyah menjadikan lemah dalam berdakwah karena sumber energi dakwah ada dari ruhiyah yang baik..

Begitu juga jika seorang aktifis dakwah miskin motifasi maka memudahkan-nya terkena penyakit ini karena kita membutuhkan semangat dan motifasi dari luar, yang senantiasa memberikan tambahan energi semangat dalam dirikita. Di antara tabiat dakwah Islam adalah, mengangkat prestasi dan derajat keimanan seseorang muslim terkait dengan derajat di akhirat kelak tinggi rendahnya dan perestasi seorang muslim akan terwujud lewat kadar pengabdian dan pengorbanan terhadap dakwah ini. Demikian pula dengan orang-orang yang berlambat-lambat dalam tugasnya, maka ia akan memperoleh predikat keislaman yang sesuai, tinggi rendahnya derajat ini sesuai dengan ketentuan Allah yang terbentuk lewat foktor-faktor penyebab yang ada.

Ada beberapa faktor yang dapat kita simpulkan penyebab degradasi:
1. Kurangnya tsiqah terhadap manhaj dakwah.

Faktor ini datang ketika seorang aktifis kurang memiliki peta yang jelas dalam menjawab sejumlah keritik yang datang dari orang lain. Bisa jadi berawal dari diskusi antara tabiat robbaniyah atau orisinalitas dakwah dan upaya menambah-nambah ajaran agama (bid’ah) yang di sesuaikan dengan kesukaan hawa nafsu manusia. Jika kelemahan tersebut terjadi dalam manhaj dakwah/harakoh, maka yang timbul adalah sikap ragu-ragu antara dua perinsip manhaj yang patut di laksanakan, atau paling tidak mereka kurang puas dengan salahsatunya. Kemudian hal ini akan menjadikan berpalingnya seorang aktifis dari rencana dan jalannya.

2. Kurang tsiqah terhadap qiyadah

Ini adalah sebuah permasalahan yang sering terjadi di kalangan aktifis dakwah, di perlukan sikap yang ekstra hati-hati untuk menangani permasalahan ini. Di perlukan pengarahan oleh para murobbi (pembina) dan para muwajih (pemberi arahan) di setiap saat. Sebab tingkat pengabdian seseorang akan sesuai dengan kadar tsiqah yang di milikinya secara timbal balik, maka dari itu setiap kader tsiqah bertambah, akan bertambah pula tingkat pengabdian seseorang, demikian pula sebaliknya. Hal inilah yang menjadi rukun dalam perjalannya sebuah organisasi, untuk tetap bergerak.\

3. Input dan otput tidak seimbang

Sesungguhnya kuntinyu dalam organisasi dapat membuat seorang aktifis bosan. dapat mendominasi hati menjadi gelisah dan jenuh, dan akhirnya timbul sikap tidak peduli yang akan menghalangi seseorang untuk bekerja. Maka dari itu di butuhkan keseimbangan dalam beberapa sisi, yang dapat memenuhi segala kebutuhan.

Terkadang seorang keder terlalu di sibukkan dengan program-program kerja, kesibukan-kesibukan tersebut tanpa di imbangi dengan suplaimen ruhiyah. maka degradasi bahkan seorang aktifis bisa berguguran di jalan dakwah ini. Apalagi di hadapkan dengan lingkungan kampus yang sedemikian keras yang penuh dengan peperangan idiologi pemikiran yang ada di kampus PTAI. Maka dari itu aktifis dakwah PTAI membutuhkan suplaimen khusus yang lebih di bandingkan dengan aktifis di luar/kampus umum.

Banyak kader dakwah kampus yang berguguran di jalan dakwah karena kurangnya keseimbangan, terkadang unsur pertarungan dalam medan dakwah menambah semangat, namun jika pertarungan terjadi terus menerus tanpa berhenti akan menjadikan aktifis jenuh, dalam kondisi seperti ini di butuhkan peristirahatan. Peristirahatan untuk kembali menyiapkan setraregi, menyiapkan kembali kekuatan dengan segala daya upaya yang ada.

KETEGUHAN DAN KONSISTEN DALAM DAKWAH

.....dan supaya mereka mengetahui bahwasanya Dia adalah Tuhan Yang Maha Esa dan agar orang-orang yang berakal mengambil pelajaran. (Ibrahim:52)

Banyak orang menyangka bahwa semut binatang kecil yang rakus, hannya saja semut sangat aktif mengumpulkan makanan jauh lebih banyak dari panjang usia yang di jalaninya.

Konon bila ada semut yang berjalan berputar-putar, maka artinya ia sedang bertugas mencari bahan makanan bagi koloninya. Bila menemukan makanan yang ia tudak bisa mambawanya sendiri, ia akan berputar-puter sejenak, untuk mengukur berapa jumlah pasukan yang akan di bawa untuk mengangkutnya. Pulang kesarang ia berjalan lurus dengan melepaskan asam semut melalui ekornya yang akan menjadi garis navigasi bagi pekerja yanga akan mengangkut bahan makanan dengan di siplin.

Coba-cobalah meletakkan kue/coklat di tepi garis navigasi mereka tidak akan tergoda. Demikian akurat semut menggunakan intuisinya yang mengajarkan manusia kapan musim hujan dan kemarau akan datang, demikian pula disiplin mereka. Mereka tidak bersuara tetepi bekerja, mereka menimbun logistik untuk musim yang lebih panjang dari usia mereka. Tetapi untuk kepentingan kaum dan bangsanya.

Jangan coba-coba menabur kue/coklat di dekat garis navigasi. Karna semut tidak akan terangsang oleh perofokasi dan jebakan. Tujuan dan sasaran mereka jelas. Amal jama’i mereka kompak. Di seplin mereka tinggi. Entah dari mana datangnya seekor semit sebagai eksekutor siap mengintai dan siap mengeksekusi bagi pasukan yang keluar terangsang dan keluar dari garis navigasi.[1]

Semut mengajarkan kepada kita bagaimana harus bekerja, bagai mana kita menjadi navigator (pemimpin/penunjuk arah). melakukan daya upaya untuk koloni memberi arahan yang jelas untuk koloni. Selalu berpikir jauh kedepan terhadap tanggung jawap yang di emban. Mendaya gunakan upayakan untuk membawa berat yang melebihi bebannya/besar tubuhnya, ia mengajarkan pada kita tentang, tantangan untuk mempelajari sejauh mana kemampuan kita untuk mengangkat beban-beban yang di emban.

Ia juga yang mengajarkan tantang ketsiqohan (kepercayaan) terhadap nafigator (pemimpin/penunjuk arah) yang harus ita jadikan. Amal jama’i mereka bagus dan disiplin mereka tinggi. untuk menyelesaikan kerja mencari pasokan logistik yang di amanahkan pada kita dan kita harus bekerja sendiri di garis terdepan. Ketika ada beban dakwah yang kita emban maka kita harus menyekesaikannya dengan bersama-sama. kita harus pandai mengukur seberapa berat amanah yang di bebankan pada kita.

Ketika menjadi pemimpin kita pun di tuntut untuk harus mengetahui apa sebenarnya yang di butuhkan oleh yang kta pimpin, selalu memberi perhatikan, memikirkan untuk kemaslahtannya agar tetap istiqomah di jalan dakwah yang penuh onak dan duri.

Bila permasalahan datang yang kita sendiri tidak bisa menyelesaikannya tidak usah kita paksakan karna itu akan mempersulit kita dan menghambat laju kereta dakwah. Kita harus berusaha menyelesaikan dengan bersama, saudara-saudara yang lain walaupun dengan yunior kita yang jaui di bawah kita, karena itu sebagai sebuah pembelajaran yang harus kuta berikan pada yunior kita.

Para pasukan semut siap menyerbu kue/coklat yang di luar garis avigasi ketika tugas mereka sudah selesai namun mereka tetap satu komando satu tujuan. Mereka tetap bekerja dengan rapi. Bagai mana kita harus fokus dalam kerja dakwah tidak terpancing dengan kesibukan-kesibukan di wajiah-wajihah yang dapat menguras energi dan juga melamahkan di satu sisi.

[1] Di kutip dari pilar-pilar asasi karya Rahmat Abdullah

Rabu, 05 Desember 2007

Bunda, Rindu Ini Melangit Lagi!....

Cintamu padaku, Berakar di sukma Rindangnya memenuhi jiwa Sepanjang masa(sebuah sumber)"Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada kedua orang ibu bapaknya, Ibunya telah mengandungnya Dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, ...." (QS Luqman : 14)
Bunda, .....
malam ini tiba-tiba saja aku mengingatmu dengan utuh. Gurat syahdumu, tulus senyummu bahkan gaya berceritamu di masa kecil. Tiba-tiba saja bayangan sosok anggunmu dengan sorot mata penuh cinta hadir dalam jeda yang panjang kemudian menghilang. Sedang apakah saat ini bunda? Membaca buku? Tadarus Al-Qur'an? Menonton televisi atau ah entahlah, aku tidak yakin apa yang sedang bunda kerjakan saat ini. Mungkin juga bunda tengah bersiap di peraduan. Malam sudah akan beranjak. Tidur bunda selalu awal. Itu yang kutau.
Ah, semoga bunda baik-baik saja?....
Bunda,....
mata ini sudah dari tadi berkabut. Orang-orang yang lalu lalang tak lagi aku pedulikan. Pandangan ini bahkan telah samar. Bening air mata mungkin sebentar lagi luruh. Duh, mengapa lama sekali petugas itu memanggil dan menyerahkah obat yang akan aku tebus. Bunda, aku takut?.....
Bunda,....
betapa aku ingin menujumu detik ini juga. Merengkuh banyak kekuatan yang seringkali engkau persembahkan ketika masalah tengah menghadang. Memetik bulir-bulir kedamaian yang selalu kau hunjamkan teguh ke kedalaman jiwa."Bunda yakin, Allah pasti memberikan jalan atas masalahmu. Allah tahu batas kemampuanmu. Ia sudah menakarnya. Bunda harus yakin meyakini itu.
"Bunda,.....
sungguh gembira tak terkira bila kau ada di sini sekarang, hingga dengan bebas aku meminta kesediaanmu untuk meminta doa-doa ikhlasmu hingga ketenangan itu menjulang. Bunda betapa ingin ku raih itu semua sekarang juga. Dada ini bunda, seperti diterjang beribu gempa.
Bunda,.....
kecemasan ini begitu kental. Aku merasakannya sekarang perkataan bunda di waktu lalu. "Nak, jangan buat bunda cemas, hati bunda seperti belah ketika kau belum datang juga, lain kali telpon jika akan menginap", "Nak, makanlah, agar sakitmu segera sembuh, bunda tak bisa tidur melihatmu berbaring lemah, bunda cemas nak, sungguh!".
Duh bunda, ....
aku tahu khawatir itu saat ini. Bunda, seperti ucapanmu bahwa do'a seorang bunda seperti tuah, seperti bisa, selalu ampuh. Maka aku memohon kepadamu, do'akan agar amanah Allah yang tengah ku emban baik-baik saja. Pintakan kepada Allah, agar anakmu ini mampu mengemban amanah dakwah ini.
Aku juga selalu berdoa untuk amanah ini.
Aku sayang bunda.
Sungguh!....
Meski aku tahu sayang ini hanya seujung kuku dari bentang cakrawala cinta terindahmu. Meski sangat nyata rindu ini hanya setitik kecil di samudera penantianmu. Meski sangat jelas, ingatan kepada bunda bukanlah apa-apa dibanding semua yang bunda lakukan. Pengorbanan, ketulusan, kasih sayang, sujud-sujud bunda, bahkan air mata kesedihan. Tak tertebus. Tanpa batas. Semoga Allah sajalah yang membalas itu semua. dengan Surga-Nya.
Bunda,....
sudah berapa lama kita tidak bertemu.
Rindu padamu bunda, membumbung tinggi.
Bunda, ....
perkenankan aku bersimpuh dari jauh. Dalam gundah. Dalam lelah. Di setiap detak yang tak tentu. Serta dalam degup yang menderu. Ingin kusampaikan untai kata ini di gendang telinga mu" Bunda.
rindu ini melangit lagi!"