Sabtu, 17 November 2007

Hukum Jilbab Gaul

Bismillahirrahmanirrahim.

Alhamdulillah, washshalatu wassalamu 'ala Rasulillah, Waba'du.

Pendekatan kita dalam melihat fenomena jilbab gaul ini bisa dari dua sisi. Dari sisi pesimis dan dari sisi optimis.

Kalau kita melihat secara hitam putih hukum berpakaian sesuai dengan aturan syariah Islam, maka jilbab gaul ini memang sangat tidak memenuhi syarat. Sebab tujuan utama berbusana masih belum tercapai. Lekuk tubuh karena ketatnya busana masih terjadi. Apalagi bila penggunanya masih berkelakuan jauh dari nilai-nilai Islami seperti masih berduaan dengan laki-laki yang bukan mahram, atau masih bersentuhan kulit atau bergaul dengan cara yang tidak sesuai dengan syariat Islam umumnya. Kita akan memandang dengan sudut pesimistis.

Sebaliknya, tidak ada salahnya kalau kita juga memandang dari sudut optimis. Katakanlah dari pada sama sekali terbuka, jilbab gaul itu sudah lebih lumayan kan? Minimal sudah ada niat untuk berjilbab meski mungkin masih bisa disempurnakan lagi. Dan pada hakikatnya niat itu yang paling penting sebelum bertindak.

Barangkali ada sebagian kalangan yang melecehkan wanita yang pakai jilbab tapi masih belum memenuhi syarat. Menurut hemat kami, setiap orang pastilah membutuhkan proses untuk sampai kepada taraf sempurna. Termasuk dalam hal berpakaian Islami yang ideal. Sebab proses perubahan dari busana kantoran yang cenderung tampil seksi, terlihat betis, lekuk tubuh dan seronok menjadi pakai jilbab dan menutup aurat bukanlah hal yang terlalu mudah dilakukan oleh setiap orang.

Paling tidak, seseorang butuh niat kuat untuk itu. Padahal, yang namanya penampilan bagi seorang wanita adalah hal yang sangat mutlak pentingnya.

Maka tidak ada salahnya kita beri kesempatan kepada para wanita untuk melakukan proses perubahan secara perlahan namun pasti dalam urusan pakaiannya. Sampai pada titik dimana kesadaran itu datang dengan penuh dan jilbabnya sempurna, tertutup rapat, tidak membentuk lekuk tubuh, tidak tipis transparan, tidak menyerupai pakaian laki-laki dan tentu saja tidak mengundang syahwat dengan penampilan dan aroma mencolok. Dan yang penting, tidak melenggak lenggok seperti yang digambarkan oleh Rasulullah SAW tentang penghuni neraka.

Ketahuliah bahwa setiap kita butuh proses. Dan proses itu adalah sebuah pergerakan dari jahiliyah kepada Islam. Berbahagialah mereka yang terus berjalan bersama proses itu. Dan alangkah sedihnya melihat mereka yang berhenti di tengah jalan, mandek dan mogok dalam proses itu.

ku persembahkan buat ketiga saudariku dari WONOGIRI.
Farid Ma'ruf (PSDM)
www.ahifaridz.blogspot.com